Senin, 25 Agustus 2008

The Milo


Band yang sudah lama melintang di musik (indie) Indonesia, Planet Bumi, melancarkan serangkaian launching party untuk album terbaru mereka “Working Class Zero” di Jakarta dan Bandung bulan Maret lalu. Terlihat sejumlah ‘senior’ indie pada acara tersebut, serta keluarga (anak-istri) dari personilnya, mengingat umur band ini yang sudah lebih dari sepuluh tahun. Berikut adalah liputan singkatnya

Jakarta,

SOHO PLAZA SEMANGGI, 02/03/07


Baru saja memasuki hari kedua di bulan Maret, Planet Bumi sudah mulai menggelar acara mereka. Rangkaian launching party diawali di Soho, Plaza Semanggi, yang lebih seperti reuni mantan-mantan personilnya. Uga yang dulu menjadi drummer Planet Bumi, saat launching tampil dengan bandnya thedyingsirens dan kelompok perkusi Otak and Chair. Sedangkan Aroel (gitaris) tampil akustik dengan bandnya yang sedang naik daun, Stereomantic. Sayangnya sound dari pihak penyedia tempat kurang memuaskan, bahkan pada titik tertentu terasa mengganggu. Venue yang terlalu terbuka dan ‘umum’ juga mengganggu kenyamanan penonton yang memang ingin menikmati acara. Penonton pun tidak dapat terlalu mendekat ke panggung karena pengunjung mall yang memang sering dijadikan meeting point itu seliweran di depan panggung.



dsc_0167.jpg



Acara yang seharusnya dimulai pukul 18.00 ngaret hingga sekitar satu setengah jam. Otak and Chair langsung membuka acara malam itu, dengan empat komposisi puisi/perkusi mereka. Kuartet yang terdiri dari Uga (thedyingsirens), Acha, Aan (thedyingsirens & D’Zeek) dan Ichsan (D’Zeek) itu sepertinya berhasil menarik perhatian pengunjung yang seliweran di mall itu, yang kebetulan karena Jumat malam jadi banyak sekali orang yang datang. Uga dan Acha bergantian membacakan karya-karya mereka, total empat komposisi dibawakan, termasuk “Sendiri” dan “Teman Baikku Mati Bunuh Diri”. Walaupun hanya ‘berbekal’ tiga djembe, Otak and Chair dapat membawakan komposisi-komposisi yang harmonis.

dsc_0173.jpg



Efek Rumah Kaca mendapat giliran berikutnya. Dengan tiga orang saja, mereka membawakan lagu-lagu mereka yang cenderung sedikit gelap dengan lirik bermuatkan kritik mengenai isu-isu lingkungan. Sesuai sekali dengan nama bandnya. Namun sayang memang, karena sound yang disediakan pada saat mereka main naik turun.

dsc_0299_tds.jpg

Bila dilihat dari pendukung acaranya, launching kali ini mengingatkan pada launching album thedyingsirens akhir tahun lalu yang menampilkan Efek Rumah Kaca dan Planet Bumi. Kali ini gantian thedyingsirens yang tampil untuk launching album Planet Bumi. Band yang baru saja ditinggalkan keyboardisnya Fino itu bermain lebih akustik, terutama bila dibandingkan dengan album mereka yang lebih elektronik. Malam itu thedyingsirens juga tampil tanpa basis mereka, Siska, dan digantikan dengan Ichsan. Seperti Otak and Chair minus Acha tapi digantikan dengan Nouri di gitar haha.. Sound kembali tidak keruan pada saat mereka main, mungkin pihak penyelenggara tidak terlalu serius dalam mempersiapkannya sehingga pada beberapa lagu mereka sound (terutama pada bass) terdengar aneh.

dsc_0321.jpg

Berikutnya adalah duo Stereomantic, yang ‘berkamuflase’ menjadi nama Stereocoustic karena saat itu mereka membawakan lagu-lagu mereka dengan format akustik. Lagi-lagi, sound yang tidak dapat diandalkan mengurungkan niat Maria (vokalis) untuk memainkan xylophone. Untungnya sound gitar Aroel tidak terlalu bermasalah. Stereocoustic tampil sangat sederhana malam itu, memainkan beberapa lagu dari album perdana mereka, termasuk hitsnya, “Takut”. Mereka juga membawakan lagu Bob Marley “Redemption Song” yang dimainkan cukup apik secara akustik.

dsc_0369.jpg

Acara dilanjutkan dengan penampilan Room V. Mereka membuka penampilan dengan lagu “Catch”, selanjutnya penonton dimanjakan dengan sederetan lagu-lagu The Cure. Mulai dari “Boys Don’t Cry” yang dibawakan bersama Maria Stereomantic dan Uga thedyingsirens pada drum, lalu berturut-turut “Just Like Heaven”, “A Letter to Elise”, dan “Love Song”. Perhatian penonton juga tertarik pada seorang anak bule berbaju punk yang dengan semangatnya mengikuti acara, dan duduk di ujung panggung. Tidak lupa ia ikut berteriak-teriak menyanyikan beberapa lagu The Cure yang dibawakan Room V, terutama saat bagian “Show Me Show Me Show Me” pada “Just Like Heaven”. Room V juga sempat membawakan lagu hits lawas Planet Bumi, “Rindu”.

dsc_0486.jpg

Puncak acara akhirnya dimulai sekitar jam setengah sepuluh, saat Planet Bumi naik ke atas panggung. Mereka benar-benar seperti sejumlah karyawan yang baru pulang kerja, dengan setelan kemeja dan jas hitam, mungkin memang disengaja supaya sesuai dengan judul album mereka. Mereka pun langsung membawakan lagu-lagu dari album baru mereka seperti “Jimmi Pemenang”, “Bulan dan Bintang”, serta “Kau dan Aku” yang sudah dapat didengar di radio-radio. Band yang kini diperkuat Nyoman (vocal), Molli (bass), Eky (guitar), Helmi (guitar), Yudi (drum), dan Ari (keyboard) itu mendapat sambutan yang cukup meriah dari penonton, dan terlihat sejumlah musisi dan pelaku indie yang bisa dibilang cukup ‘senior’. Planet Bumi juga membawakan lagu “Untuk Semua Yang Tersiksa”, dimana Nyoman berduet dengan Vijey, vokalis dari Soulfullsonic. Penampilan merekapun ditutup dengan lagu “Mama”, yang pada album mereka diaransemen oleh mantan gitaris mereka Aroel.

>> Bandung
Soho Cihampelas Walk, 16/03/07

Acara di Bandung sama ngaretnya dengan di Bandung, yang akhirnya baru mulai pukul 19.30, dan itupun venue masih terbilang sepi. Yang mendapat kehormatan membuka acara malam itu adalah Elemental Gaze, band shoegaze/dream pop Bandung. Kali itu Elemental Gaze tampil tanpa vokalis utamanya, Fuad, sehingga untuk vocal digantikan oleh gitarisnya Lhutfi. Elemental Gaze juga berkolaborasi dengan vokalis Hollywood Nobody, Dian, dan vokalis A Stone A, Akbar. Empat lagu dibawakan oleh Elemental Gaze, termasuk “To Leave After the Memories are Full” dan “Love Your Love, Death Your Love”.

Selanjutnya giliran band folk-pop asal Jakarta, Dear Nancy. Band yang baru saja menggelar launching party untuk EP mereka “My Little Story” itu membawakan sejumlah lagu dari EP tersebut, seperti “Beautiful Sunday”, “Brother and Sister”, dan “Me and You”. Mereka juga sempat membawakan cover dari lagu ‘pahlawan’ mereka The Beatles yang berjudul “If I Fell”

Band ketiga yang tampil malam itu adalah The Milo. Band yang cukup ‘legendaris’ di kota Bandung itu sepertinya memang telah ditunggu-tunggu oleh penonton, karena mungkin karena mereka memang sudah jarang tampil. The Milo pun berhasil memuaskan penonton yang datang dengan membawakan sejumlah lagu mereka seperti “Malaikat”, “Cool”, dan “So Regret”. Aji dkk juga sempat membawakan remake dari lagu The Beatles yang berjudul “Tomorrow Never Knows”.

Acara mencapai puncaknya saat Planet Bumi tampil. Pada malam itu band yang sudah malang melintang di musik Indonesia selama 10 tahun itu membawakan sekitar lima lagu yang semuanya diambil dari album terbaru mereka, “Working Class Zero”. Lagu “Teman” dijadikan pembuka, dilanjutkan dengan lagu “Pencaci” dan “Jumpa Lagi”. Planet Bumi juga membawakan lagu hits mereka yang sudah sering didengar di radio Jakarta yaitu “Kau dan Aku”. Penampilan mereka pun ditutup dengan lagu “Bulan dan Bintang”.

>> Jakarta
Timeout Café, Pasar Festival, 24/03/07

Ini adalah launching party ketiga yang digelar Planet Bumi bulan ini. Sebelumnya acara launching ketiga ini akan diadakan di café Eastern Promise, Kemang. Namun sekitar seminggu sebelumnya diberitahukan kalau venue dipindah ke Timeout Café di Pasar Festival, Kuningan. Tidak jauh berbeda dengan launching yang di Soho, launching kali ini juga ngaret cukup lama.

Soulfullsonic membuka acara malam itu, dimana masih belum terlalu banyak penonton yang datang. Sejumlah orang yang datang pun sempat dibingungkan dengan adanya acara musik di café yang bersebelahan dengan Timeout. Akhirnya sempat ada jeda setelah soulfullsonic main, dan acara baru dilanjutkan sekitar pukul delapan.

dsc_3683.jpg

Band yang tampil berikutnya adalah Revolusi Pop, yang dari gaya dan penampilan vokalisnya, sudah dapat ditebak bahwa band yang satu ini sangat terinfluence oleh The Cure. Dan benar saja, selain membawakan lagu-lagu mereka sendiri, Revolusi Pop juga membawakan lagu The Cure, “Cut Here” dan “Caterpillar”. Bahkan lagu mereka yang dijadikan penutup penampilan band itu terdengar mirip sekali dengan “Pictures of You”. Mereka juga mengakui bahwa lagu tersebut mirip dengan lagu The Cure. Mengingatkan pada Room V yang pada launching pertama yang tidak tanggung-tanggung membawakan empat lagu hits dari The Cure.

dsc_3717_dhendy.jpg

Acara dilanjutkan dengan penampilan Dhendy, yang kata Uga adalah ‘the next rising star’. Dhendy dan produsernya, Made, tampil full akustik, hanya dengan dua gitar saja. Walaupun tampil serba minimalis, mereka bermain dengan sangat rapi dan apik. Membuka penampilannya dengan lagu Duran Duran “Ordinary World”, Dhendy kemudian membawakan beberapa lagunya “Go Away” dan “Life”. Kedua lagu tersebut rencananya akan dimasukkan ke dalam EPnya yang akan dilaunch bulan depan. Penampilan Dhendy kali ini juga jauh lebih baik dibanding penampilan perdananya pada acara Quarter Life Crisis yang gelap gulita awal Februari lalu.

dsc_3751_edit.jpg

The Kucruts yang tampil berikutnya langsung disambut meriah oleh penonton. Tampaknya mereka datang dengan massanya sendiri, karena pada saat mereka bersiap untuk tampil, café yang tadinya cukup sepi dan pengunjungnya malu-malu untuk masuk ke tengah langsung penuh dan berdesakan. Penampilan mereka juga cukup unik, seperti sekumpulan anak SMIP dengan dasi hitam yang bermain campuran rock n roll ringan dan elektronik pop. Omo sang vokalis juga langsung menarik perhatian penonton dengan gayanya yang khas, didukung dengan kacamata hitam dan topi Union Boy berbentuk kucing, lambang The Kucruts. Penampilan langsung dibuka dengan lagu “Remaja Pesta”. Kemudian band asal Jakarta ini memainkan empat lagu lagi, termasuk yang sangat ditunggu-tunggu penonton “Cinta Waria”, dan lagu baru mereka “Dengkulku Masa Depanku”.

dsc_3794_edit.jpg

Setelah massa dihangatkan oleh penampilan kocak The Kucruts, band trip-hop Everybody Loves Irene seketika merubah suasana menjadi dingin dan sedikit kelam. Band yang baru saja meluncurkan albumnya “The Very First Thing You Must Learn About Flying is Gravity” itu adalah line up terbaru dari acara launching itu, karena sebelumnya mereka tidak dimasukkan ke daftar pengisi acara. Penampilan band yang terdiri dari Irene (vocal), Yudhi (gitar), Dimas (bass), Adi (drums), Aulia (synthesizer, sampler) dan Aji (keyboard) itu dibuka dengan cover lagu The Misfits “Hybrid Moments”. Kemudian mereka membawakan lagu hits Planet Bumi “Rindu” yang diaransemen ulang dengan nuansa trip-hop khas Everybody Loves Irene. Dilanjutkan dengan single mereka “Memento Mori” yang terdengar kelam, dan ditutup dengan lagu “Hate Sunday” yang rencananya akan menjadi single mereka berikutnya.

dsc_3923_acum.jpg

Band pembuka terakhir adalah band veteran asal Jokja, Bangkutaman. Timeout café pun menjadi semakin penuh dan penonton mendesak ke dekat panggung (walaupun sebetulnya tidak ada panggungnya hehe), dan hanya beberapa orang saja yang masih bisa duduk-duduk santai, karena sebagian besar lainnya berdiri di sepanjang café. Setelah dibuka dengan intro, Bangkutaman langsung membawakan lagu mereka “Trapped in the Middle”. Suasanapun makin memanas ketika mereka membawakan lagu hits The Stone Roses “Elephant Stone” (yang guitar version, bukan drum intro). Dan penampilan mereka malam itu ditutup dengan lagu dari The Who, “Substitute”. Sayang sekali mereka hanya membawakan empat lagu, karena sebagian besar penonton masih ingin mendengarkan lebih banyak lagu lagi dari mereka.

dsc_3967.jpg

Planet Bumi yang tampil pada puncak acara juga akhirnya hanya memainkan sebagian lagu dari set list yang aslinya karena keterbatasan waktu. Bahkan Bangkutaman yang dijadwalkan tampil pada pukul 20.30, baru tampil pada sekitar pukul 22.40. Kali ini Planet Bumi membawakan lagu mereka dari album terdahulu, “Rindu” yang juga sempat dibawakan Everbody Loves Irene malam itu. Setelah itu mereka membawakan lagu-lagu dari album terbaru mereka, “Working Class Zero” seperti “Jimmi Pemenang”, “Jumpa Lagi”, “Kau dan Aku”, serta “Bulan dan Bintang”. //410

Sabtu, 16 Agustus 2008

Homicide - Barisan Nisan

Homicide - Barisan Nisan

matahari terlalu pagi mengkhianati

pena terlalu cepat terbakar
kemungkinan terbesar sekarang adalah memperbesar kemungkinan pada ruang ketidak-mungkinan
sehingga setiap orang yang kami temui tak temukan lagi satu pun sudut kemungkinan untuk berkata “Tidak mungkin”
tanpa darah mereka mengering
sebelum mata pena berkarat menolak kembali terisi
sebelum semua paru disesaki tragedi
dan pengulangan menemukan maknanya sendiri
dalam pasar dan semerbak deodorant
atau mungkin dalam limbah dan kotoran
atau mungkin dalam seragam sederetan nisan
atau mungkin dalam pembebasan ala monitor 14 inci yang menawarkan hasrat pembangkangan ala Levi’s dan Nokia
atau dalam 666 halaman hikayat para biggot dan despot yang menari
ketika jelaga zarkot berangsur menjadi kepulan hitam berselubung Michael Jordan
di pojokan pabrik-pabrik ma’lun para produsen kerak neraka berlapis statistik
pembenaran teatrikal super-mall
opera sabun panitia penyusun undang-undang pemilu yang mencoba membanyol
tentang kekonyolan demokrasi yang rapi berdasi
bertopeng mutilasi pembebasan dengan sekarung argumen pasti tentang
bagaimana menyamankan posisi pembiasaan diri di hadapan seonggok tinja para sosok pembaharu dunia
bernama PASAR BEBAS dan perdagangan yang adil untuk kemudian memperlakukan hidup seperti AKABRI
dan dikebiri matahari terlalu pagi mengkhianati

dan heroisme berganti nama menjadi C-4, Sukhoi dan fiksi berpagar konstitusi
menjenguk setiap pesakitan dengan upeti bunga pusara dari makam pahlawan tetangga
bernama Arjuna dan Manusia Laba-laba
pahlawan dari Cobain hingga Visius dari berhala hingga anonimous bernama Burung Garuda Pancasila
yang menampakkan diri pada hari setiap situs menjadi sepejal bebatuan yang melayang
pada poros yang sejajar dengan tameng dan pelindung wajah para penjaga makam Firaun berkhakis
yang muncul 24 jam matahari dan gulita bertukar posisi setiap pojokan
bahkan di kakus umum dan selokan mencari target konsumen dan homogenisasi kelayakan
maka setiap angka menjadi maka dan maka
ketika kita disuguhi setiap statistik dan moncong senjata dengan ribuan unit SSK
untuk menjaga stabilitas bagi mereka yang akan dinetralisir karena menolak membuang buku Panton sebagai panduan kebenaran
sejak hitam dan putih hanya berlaku di hadapan mata setiap salafis
menolak terasuki setan dan tuhan yang mewujud dalam ocehan pencerahan kanon-kanon
tabungan Big Mac dan es krim corn yang berseru,
Beli! Beli! Beli!
Konsumsi, konsumsi kami sehingga kalian dapat berpartisipasi
dalam usaha para anak negeri yang berjibaku untuk naik haji!

oh… betapa menariknya dunia yang sudah pasti
menjamin semua nyawa dan pluralitas dengan lembaran kontrak asuransi
dengan janji pahala bertubi
dengan janji akumulasi nilai lebih, bursa saham
dan dengan semantik-semantik kekuasaan yang hanya berarti dalam kala
ketika periode berkala para representatif di gedung parlemen memulai tawar-menawar jatah kursi
dan kekuatan hanya berlaku paska konsumsi cairan suplemen, tonik dan para biggot bertemu kawanan
dan cinta hanya akan berlabuh setelah melewati sederatan birokrasi ideologi
berwarna merah, hijau, hitam, kuning, biru, merah, putih dan biru
dan merah
dan putih

Oh betapa indahnya dunia yang berkalang fajar poin-poin NAFTA
sehingga pion-pion negara yang berkubang di belakang pembenaran stabilisasi nasional
menemukan pembenaran evolusi mereka dengan berpetakan saluran-saluran pencerahan
para rock-stars yang lelah berkeluh-kesah
kala peluh mengering kasat di hadapan pasang diri lalat dalam pasar
dan kilauan refleksi etalase dan display berhala berhala
berskala lebih taghut dari ampas neraka diantara robekan surat rekomendasi negara donor
perancang undang-undang dan pakta-pakta anti-teror
para arsitek bahasa penaklukan para pengagung kebebasan
kebebasan yang hanya berlaku di hadapan layar flatron
kemajemukan ponsel demokrasi kotak suara dan pluralisme gedung rubuh

Oh betapa agungnya dunia di hadapan barisan nisan yang dikebiri matahari
dan terlalu pagi mengkhianati

Maka jangan izinkan aku untuk mati terlalu dini
wahai rotasi CD dan seperangkat boombox ringkih
jangan izinkan aku mendisiplinkan diri ke dalam barisan
wahai bentangan seluloid dan narasi
dan demi perpanjangan tangan remah di mulutmu anakku,
jangan izinkan aku terlelap menjagai setiap sisa pembuluh hasrat yang kumiliki hari ini
demi setiap huruf pada setiap fabel yang kututurkan padamu sebelum tidur, Zahraku, mentariku!
Jangan sedetik pun izinkan aku berhenti menziarahi setiap makam tanpa pedang-pedang kalam terhunus
lelap tertidur tanpa satu mata membuka tanpa pagi berhenti mensponsori keinginan berbisa
tanpa di lengan kanan-kiriku adalah matahari dan rembulan
bintang dan sabit
palu dan arit
bumi dan langit
lautan dan parit
dan sayap dan rakit
sehingga seluruh paruku sesak merakit setiap pasak-pasak kemungkinan terbesar
memperbesar setiap kemungkinan pada ruang ketidak-mungkinan
sehingga setiap orang yang kami temui tak menemukan lagi satu pun sudut kemungkinan
untuk berkata “Tidak mungkin!”
tanpa darah mereka mengering
sebelum mata pena berkarat dan menolak kembali terisi

Kamis, 07 Agustus 2008

Forgotten

T E N T A N G F O R G O T T E N
Terus terang saja ada sebuah kesulitan yang amat sangat ketika saya di suruh menuliskan sesuatu tentang diri sendiri yang sifatnya abstraktif dan imajinatif. Mencoba memvisualisasikan bentuk band ke dalam rangkaian huruf dan kata. Setidaknya bukan dalam bentuk fisik tapi lebih kepada paparan ide dan attitude sebuah band. Meraba-raba sendiri, konak sendiri, orgasme sendiri...wow ! makanya sorry banget kalo misalnya tulisan ini rada bersifat "sepihak" alias terlalu subjektif. Untuk hal-hal yang sifatnya non teknis, pengennya sih di tulis sama orang lain. Yah itung-itung menghindari kalimat-kalimat yang sifatnya kege'eran dan juga biar objektifitasnya mantep. Tapi terserah juga sih mau nulis apa tentang kita ...karena kebenaran itu interpretasi setiap orang. Bebas coy...

SESSI 1 : TENTANG BAND.

Terbentuknya FORGOTTEN tidak pernah lepas dari sejarah komunitas musik HOMELESS CREW di Ujungberung. Kota kecil di timur kota Bandung, sesak oleh industri, padat oleh penduduk, kumuh oleh imigran. Sebuah komunitas musik sebagai wadah dari ketidakpuasan kondisi sosiokultur yang dirasa makin tak beridentitas. Mereka lahir dan berkembang untuk menjadi sebuah counter culture. Tahun 1994 FORGOTTEN terbentuk dengan formasi:

§ Ferly } gitar
§ Toteng } gitar
§ Kardun } bass
§ Addy Gembel } vokal
§ Kudung } drum

Bulan January 1997 album pertama "FUTURE SYNDROME" di rilis. Debut album yang di rekam di PALAPA STUDIO Bandung, bermaterikan enam buah lagu berlirik Inggris di rilis oleh bendera indie lokal PALAPA RECORD. Peredarannya mencakup wilayah Indonesia dan Asia. Sedangkan untuk peredaran di wilayah Eropa di rilis oleh perusahaan indie Jerman MORBID RECORDS. Bulan Maret 1998 album single promo FORGOTTEN bermaterikan dua buah lagu dengan titel "OBSESI MATI Promo Tape 98" di rilis di bawah perusahaan indie lokal ROCK RECORD. Di tengah kesibukan berbagai proyek kompilasi sejumlah label record, Ferly pemain gitar mengundurkan diri. Proyek full album yang ke dua mulai di garap pada bulan Februari 2000. Bertempat di studio Rehearsal 40124 Bandung, sepuluh materi lagu mulai di rekam. Di bawah label indie lokal Extreme Soul Production, bulan Agustus 2000 album kedua "OBSESI MATI" dirilis. Pada album inilah akhirnya Kudung pemain dram mengundurkan diri dan untuk sementara posisinya di gantikan oleh Andris dramer dari DISINFECTED. Bulan Juli 2001 FORGOTTEN masuk studio lagi. Bertempat di Bintang 41 studio Bandung, empat buah lagu berlirik Indonesia di garap. Dengan titel "TUHAN TELAH MATI" bulan Agustus 2001 mini album tersebut dirilis di bawah perusahaan indie lokal ROCK RECORD. Mei 2002 Kardun pemain bass mengundurkan diri dan untuk sementara FORGOTTEN masih memakai pemain bass additional, Dikky dari POSTMORTEM.
Bulan Maret 2003 FORGOTTEN merilis album ‘TIGA ANGKA ENAM dibawah label ROTTREVORE RECORDS. Pada masa inilah akhirnya Andris (drum) mengundurkan diri dan posisinya di gantikan sementara oleh pemain drum MOTOR DEATH.

SESSI 2 : TENTANG MUSIK DAN LIRIK.

Bicara tentang musik dan lirik FORGOTTEN semua tidak bisa di lepaskan dengan realitas yang sedang terjadi di sekitar kita. Sebagai sebuah refleksi realitas yang berasal dari suatu kondisi psikologis tertentu yang di tuangkan kedalam bentuk notasi dan syair beraturan. Singkatnya adalah ekspresi kejujuran. Realitas bisa menimbulkan berbagai macam interpretasi tergantung dari sudut pandang individunya masing-masing. Sudut pandang itulah yang bisa menimbulkan kondisi-kondisi ekstrim kejiwaan tertentu. Kondisi kejiwaan ekstrim inilah yang coba di refleksikan kedalam musik dan lirik FORGOTTEN. Sudut pandang yang di pakai tentu saja yang radikal.

Tentang pengaruh dalam bermusik itu pasti ada. Tak ada musik yang tak terpengaruh apa-apa. Musik itu tidak murni. Yang ada adalah musik berkarakter. Semua saling mempengaruhi satu sama lain sehingga melahirkan genre musik baru. Karakter inilah yang terbentuk melalui sebuah proses yang panjang, rumit, dan melibatkan semua unsur yang ada pada masa lalu maupun yang sedang berlangsung saat ini. Pengaruh terkuat musik dan sound FORGOTTEN adalah musik-musik heavy metal era tahun 80-an dan 90-an. Seperti Deep Purple, Iron Maiden, Black Sabbath, Dream Theatre, Yngwee Malmsteen. Yang paling dominan adalah pengaruh band thrash metal dan Deathmetal era 90-an seperti Slayer, Kreator, Testament, Pantera, Death, Soltice, Obituary, Malevolent Creation.

Lirik FORGOTTEN banyak bicara tentang realitas. Kasar, jorok, vulgar. Pemilihan diksi kalimat yang di tampilkan adalah kata yang cenderung berimplementasi pada eksplotatif-seporadis.sastra sarkastik. Nuansa sisi gelap manusia selalu di tonjolkan dan mendominasi setting background lagu dengan mayoritas tema berkisar tentang depresi, nihilisme, schizophrenic, putus asa, politik sosial, kematian, kehancuran budaya, psikoanalisis, dan kekerasan.

Pengaruh lirik dari berbagai sumber. Paling besar berasal dari buku-buku yang di baca. Buku sastra, filsafat, budaya,politik maupun buku teks. Yang "kanan" maupun "kiri". Buku Paulo Freire, Nietzche, Che Guevara, Ayu Utami, Enny Arrow, Pramudya Ananta Toer, kitab Injil, Al-Quran, Sigmund Freud, Karen Armstrong, Noam Chomsky, Albert Camus, Play Boy, CrimeThink, Karl Marx, Emma Goldman, Kahlil Gibran, buku terbitan CrimethInc, Agus Noor, Rendra, lirik Iwan Fals. Pengaruh dari film terutama karya dari Stephen King, Garin Nugroho, Steven Spielberg, Walt Disneys, Vivid Entertainment, dan semua wacana yang menawarkan subjek pertanyaan tuhan, surga, neraka, pahala, dosa, setan, dunia, akhirat. Segala bentuk wacana yang dianggap mapan oleh publik dan di gugat kembali oleh FORGOTTEN.

SESSI 3 : TENTANG ATTITUDE.

Sedikit saja yang akan saya ulas tentang attitude band. Sebetulnya secara implisit masalah attitude ini sudah dapat terbaca pada SESSI 1 dan SESSI 2. Yang akan saya lakukan hanyalah penegasan dari apa yang telah di paparkan diatas. Karena kita bicara attitude di sini bukan atas nama individu tapi lebih fokus kepada attitude sebuah band secara utuh. Sebelumnya ada sebuah pertanyaan mendasar tentang hal tersebut, yaitu "musik dulu baru attitude?" atau "attitude dulu baru musik?"...faktor apa yang paling dominan untuk mempengaruhi karakter sebuah band ?...

Dari pengalaman FORGOTTEN, ternyata keduanya tidak dapat di pisahkan. Keduanya berperan sama penting di dalam memberikan pengaruh pembentukan karakter sebuah band. Pada akhirnya akan sangat mempengaruhi corak dan warna dalam berkarya. Lalu pertanyaannya adalah "seperti apakah attitude dari FORGOTTEN sebagai satu kesatuan utuh sebuah band?..."

Jawabannya adalah : dengarkan kaset/cd nya pada posisi volume 6 ( ditemani sebotol bir dingin akan lebih baik !), baca dan resapi setiap liriknya, tonton konsernya, rock your hate, roll your pain. Intinya adalah you're the fuckin' rules !...

DISKOGRAPHI TAHUN 1994 SAMPAI 2008 YANG SANGAT TIDAK DISKO :
- ALBUM "FUTURE SYNDROME", PALAPA RECORDS 1997.
- KOMPILASI "BANDUNG HOLOCAUST", HOLOCAUST RECORDS 1997.
- KOMPILASI "INDEPENDENT REBEL", AQUARIUS RECORDS 1998.
- SINGLE PROMO "OBSESI MATI 98", ROCK RECORDS 1998.
- KOMPILASI "BRUTALLY SICKNESS", E.S.P 1999.
- ALBUM "OBSESI MATI", E.S.P. 2000.
- KOMPILASI "BLOODY SOUND OF DEATH", E.S.P. 2001.
- MINI ALBUM "TUHAN TELAH MATI", ROCK RECORDS 2001.
- KOMPILASI "DEATH TRIBUTE TO METALLICA", TRUE LIES PRODUCTION 2002.
- KOMPILASI "4 HARVEST LIVE RECORDING", DISCHORDS RECORDS 2002.
- KOMPILASI "DIMENSI KEMATIAN", EDELWEISS RECORDS 2002.
- KOMPILASI “LIFE AFTER DEATH”, SINUSITIS PRODUCTION 2003.
- ALBUM “TIGA ANGKA ENAM”, ROTTREVORE RECORD 2003.
- DVD “ROTTREVORE DEATH FEST”, ROTTREVORE RECORDS 2006.
- TIGA ANGKA ENAM "RE-RELEASE" ROTTREVORE RECORDS 2008

Senin, 04 Agustus 2008

Puppen

Mengenang kembali Perjalanan Puppen (1992 - 2002)


1992

- Juni, Puppen didirikan oleh Robin & Marcell. Robin mengajak rekan band death metal-nya, Jitmul yang ngga lama kemudian resign.
- Agustus, Arian gabung dari band Maximum Deaf Impact, jadi vokalis dan gitaris.
- Puppen manggung di SMAN 1 Bandung. Semua band metal membawakan lagu Metallica kalo ngga Sepultura, Puppen manggung membawakan lagu Prong, SOD, MOD dan lagu sendiri.
- Arian menciptakan disain logo dan t’shirt pertama Puppen; This is Not a Puppen T’shirt.
- T’shirt kedua didisain juga oleh Arian, title-nya: Fuck You We’re From Bandung.
- Prima bergabung menjadi basist Puppen dari band rock tidak terkenal. Prima dan Robin menciptakan lagu Freedom to Defecate, Arian menciptakan liriknya.
- Bertemu PAS BAND yang hendak merilis album pertamanya, dikawal oleh Alm. Samuel Marudut.
- This is Not a Puppen Song tercipta.


1993

- Demo Freedom to Defecate selesai dan diputar pertama kali di GMR FM, satu-satunya stasiun radio rock saat itu.
- Puppen makin sering manggung di SMA-SMA Bandung.
- Manajer pertama, Helvy (sekarang pemilik dan pengelola FFWD Records) bergabung.


1994

- Di prakarsai Helvy, Puppen merekam album This is Not a Puppen EP.
- Ajo bergabung menjadi gitaris kedua dan menyumbang banyak melodi lagu di Mini Album ini.
- Puppen manggung di Pasar Seni ITB, yet played in the biggest crowd ever!


1995

- Puppen manggung di Full Moon Cafe, Sabuga ITB membawakan Napalm Death. Penonton kebanyakan Dosen dan intelektual Bandung…


1996

- This is Not a Puppen EP dirilis dan menjadi Best Seller di hampir semua toko kaset di Bandung, terjual hampir 10.000 keping.
- Aquarius Jl. Dago, Bandung dipenuhi anak-anak metal berkaus hitam selama lebih dari dua minggu.
- Puppen manggung pertama kali keluar dari pulau Jawa, Medan!
- Puppen manggung di Pangudi Luhur Fair untuk pertama kalinya.


1997

- Album MK II disiapkan.
- Ajo resign.
- Single Freedom to Defecate dirilis di Perancis lewat label Tiananmen 89 Records, dalam bentuk piringan hitam. Kompilasi INJAK BALIK.
- Single Freedom to Defecate dirilis di Jepang lewat label All System Fails dalam bentuk CD, ASIAN HADRCORE COMPILATION.


1998

- Single Atur Aku & True diterbitkan di radio-radio.
- Single Sistem dirilis di kompilasi Masaindahbangetsekalipisan, oleh label 40124.
- Single Waiting Room VS Puppen diterbitkan di radio-radio.
- Album MK II dirilis, Puppen diliput di majalah-majalah nasional.
- Marcel resign diganti additional drummer, Andry Rudal.


1999

- Tahun tidak produktif, Prima dan Helvy resign.
- Single Abstain dirilis lewat Brain Beverage, oleh Harder Records.
- Single Atur Aku dirilis lewat Indonesia Best Alternatif, kerjasama Target Pro & Aquarius.
- Robin sibuk bekerja di Reverse Outfits, Arian bekerja freelance.


2000

- Single Tanpa Dasar dirilis dalam kompilasi Ticket To Ride, diprakarsai perusahaan clothing 347.
- Puppen menandatangani kontrak endorsement dengan Volcom.
- Album ketiga Puppen S/T dirilis.
- Record Release Party di Lamborghini Cafe Jakarta. Awesome crowd!
- Abay gabung, Andry jadi Drumer tetap.
- Tour bareng Koil dan Noin Bullet.


2001

- Puppen semakin banyak manggung, dimana-mana.
- Tarakanita, Jakarta. Awesome!
- Oktober; Arian pindah ke Jakarta, Robin pindah ke Bali.


2002

- Puppen bubar.
- Last show di Cafe Nirvana Jakarta dan Dago TeaHouse Bandung.


2004

- Reunion Party, Puppen memecahkan rekor bayaran band underground di Indonesia. Rp 40.000.000,- sekali manggung di Pangudi Luhur Fair!
- Puppen MK II re-released & re-mastered dirilis oleh Soda Music Records.
- Puppen Merchandise mulai serius digarap.

Sumber : WishNoize

Pure Saturday


Pure Saturday | Biography

Pure Saturday... Band berbakat asal kota kembang Bandung. Resminya berdiri pada tahun 1994. Awalnya sih Pure Saturday (PS) terbentuk karena iseng-iseng saja. Mereka ngeband kalo lagi ngga ada kegiatan dan sekalian nunggu hasil UMPTN. Tempat kumpul dan latihan biasanya di rumah Suar, di gudang rumah. Gudang bekas pabrik gitar disulap jadi tempat latihan band dan proses pembuatan lagu-lagu.

Dari keisengan itu pula mereka mencoba membuat lagu dan ternyata satu sama lain menemukan kecocokan. Yah... iseng-iseng berhadiah lah... Lalu dibuatlah kesepakatan untuk ngeband secara serius dan mulai mencari kegiatan musik yang diselenggarakan di Bandung. Tapi waktu itu (tahun 1992) namanya masih Tambal Ban bukan Pure Saturday. Akhirnya nama "Tambal Ban" diganti, soalnya terlalu pasaran dan ngga jelas artinya. Apalagi mau ikutan Festival Musik Unplugged (Tahun 1994), harus punya nama yang keren dong.

Akhirnya terpilihlah nama "Pure Saturday" yang tercetus secara spontan. Nama ini diambil karena hari Sabtu merupakan hari latihan, sejak pagi hingga menjelang subuh. Jadi maksudnya hari Sabtu itu benar-benar merupakan hari kerja buat mereka. Disamping itu, untuk mengisi kekosongan waktu anak-anak PS yang saat itu masih pada jomblo, maka dari pada bengong berhayal yang tidak-tidak mendingan ngeband. Begitulah motto hidup mereka.

Tahun yang sama Pure Saturday berhasil menjuarai festival musik unplugged se-Jawa dan DKI dengan lagu yang mereka ciptakan sendiri Enough. Di festival ini PS mendapat Juara Pertama kategori Umum. Wah... keren... Sejak saat itu PS jadi semakin sering bikin lagu. Karena kemenangan tersebut, Pure Saturday semakin terkenal dan dikenal terutama oleh para barudak musik Bandung. Hampir setiap acara yang digelar di Bandung selalu mengundang PS. Yah... istilahnya tiada PS, tiada bazar dan acara. Nampaknya PS merupakan sesajen yang ampuh untuk memelet para penonton. Tidak hanya turun naik panggung, tapi PS juga sering keluar masuk stasiun radio di Bandung.

Ketenaran PS ini membuat Ambari (ini nama orang lho!) berminat membuatkan PS album lewat jalur indie label. Pada saat itu manajer Pure Saturday adalah adiknya Yuki yang tidak lain dan tidak bukan adalah vokalis PAS. Nah... PAS ini mempunyai seorang manajer yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ambari. Antara manajer PS dan PAS ternyata terjalin hubungan yang baik... yah... sedikit nepotisme gpp lah... Kesepakatan pun dibuat sambil mencari orang yang mau memodali biaya produksi. Akhirnya ada juga seorang teman yang baik yang mau membiayai.

Percaya diri mulai tumbuh dan berkembang dan bersemi pada tubuh PS dan mulai membuat komposisi-komposisi musik yang akhirnya cukup kuat untuk sebuah album perdana. Akhirnya Pure Saturday mencoba hadir di blantika musik Indonesia. Mereka banyak mendapat pengaruh dari grup-grup asal Inggris seperti The Cure, Ride, My Bloody Valentine, Wonder Stuff dan lain-lain.

Album perdana PS ini digarap secara independen dan dipasarkan secara mail order lewat sebuah majalah remaja di Jakarta. Pada saat itu PS membuat 5.000 kopi saja. Beberapa bulan setelah album tersebut muncul, ada produser rekaman yang melirik mereka dan akhirnya mereka pun membuat kontrak dengan Ceepee Production. Lagu-lagu pada album pertama itu adalah Silence, Kosong, a song, Desire, Simple, Enough, Open Wide dan Coklat. Lagu Kosong kemudian dipilih untuk dibuatkan videoklipnya.

Album yang berisi delapan lagu ini ternyata mendapat sambutan yang bagus, karena dinilai lagu-lagu PS masih fresh, dan tidak mengikuti trend musik saat itu. PS datang dengan warna yang lain, maksudnya diantara musik-musik keras yang saat itu sedang naik, PS malah menyuguhkan musik yang slow tapi gahar. Mungkin seperti slogan acara Resurrection... "Awake against mainstream and proud of it". Yah begitulah kira-kira. Boleh dibilang album mereka laku keras. Saat masih diedarkan sendiri 700 kopi yang terjual. Sedangkan melalui distribusi Ceepee Production terjual sebanyak 2000 kopi. PS sangat mensyukuri anugerah ini meskipun banyak yang menilai musik mereka sangat berbeda. ''Berarti kita sudah diakui dan keinginan kita agar berbeda dari yang lain terwujud,'' seru Ade.

Kegiatan bermusik membuat urusan akademis (sekolah) mereka terbengkalai. Akhirnya, mereka mencoba untuk membenahi urusan akademis terlebih dahulu. Hal itu malah membuat mereka tidak bisa berkumpul dan membuat lagu. Di kondisi waktu yang terbatas mereka mencoba lagi untuk membuat komposisi-komposisi yang akhirnya selesai, kemudian masuk studio rekaman dan selesai awal 1999. Untuk album kedua mereka dikontrak oleh PT. Aquarius Musikindo. Album kedua ini diberi judul "Utopia".

Menapaki jalur indie bagi mereka merupakan satu strategi, selain agar dikenal publik lebih luas juga agar mereka tidak dipermainkan produser jika menempuh jalur major label. ''Kalau kita sudah mengeluarkan album indie, produser tidak bisa seenaknya lagi menyuruh kita ganti warna musik, karena sebelumnya kita sudah punya fans sendiri,'' papar Udhie.

Pure Saturday sempat vakum sebelum pada akhirnya Suar mengundurkan diri pada tahun 2004. Posisi Suar kemudian digantikan oleh sang manajer, iyo. Pada Maret 2005, PS kembali hadir dengan album ketiganya yang berjudul "ELORA". Kehadiran PS kali ini dengan formasi barunya dan dengan membawa label baru, Fast Forward Records.

Sumber : JoN4r4 5iTe's

Sejarah

Band